Tuesday, October 30, 2012

Batik Plumpungan, Batik Asal Kota salatiga

Batik Plumpungan
Orang menyebut Batik, pasti pikiran kita membayangkan selembar kain yang bermotif dan bercorak unik dan sangat khas, tata warna dan motifnya merupakan bagian dari alam dan lingkungan kita sehari-hari. Sejak dua tahun terakhir batik sebagai busana kembali semarak dikenakan dalam berbagai kesempatan baik untuk acara resmi maupun acara santai. Para peranacang busana menjadikan batik sebagai media penampilan diri yang elegan dimanapun berada..

inilah yang menjadikan batik tetap eksis dan bertahan sampai sekarang bahkan mampu menembus pasar luar negeri. Tahun 2007 data Departemen Perindustrian menyebutkan industri batik, baik batik tulis,cap dan kombinasi keduanya bernilai Rp. 2,3 trilyun dengan nilai ekspor per tahun 110 juta dolar AS dan dikerjakan 48.000 unit usaha di sejumlah rovinsi di tanah air. Dan yang menggembirakan lagi mood masyarakat saat ini sedang ingin kembali dekat dengan sesuatu yang berasal dari warisan budaya leluhur, sesuatu yang sudah dikenal akrab.

Kota salatiga sendiri telah menemukan corak / motif batik khas salatiga, yakni Batik Plumpungan yang ide dasarnya mengambil bongkahan batu tulis Prasasti Plumpungan yang terletak di dukuh Plumpungan Kelurahan Kauman Kidul Kecamatan Sidorejo. Ciri-ciri batik plumpungan ini bergambar dua bulatan sedikit lonjong berukuran besar dan kecil saling berimpit. Bentuk ini persis menyerupai Prasasti Selo ( batu ) Plumpungan apabila dilihat dari sudut pandang atas sedangkan isen-isennya dapat diisi sesuai kreasi dan variasi pembatiknya.Variasi bentuk dan gaya bisa beragam dapat mengambil gambar gambar seperti yoni, lingga, lumping, nandi dan symbol-simbol prasasti Plumpungan yang semuanya berasal dari benda-benda bersejarah yang dijumpai di Salatiga.

Pada bulan Juli tahun lalu orang-orang di sekitar Prasasti Plumpungan Kauman Kidul oleh Dinas Pariwisata Seni Budaya dan Olah Raga telah dilatih keterampilan membatik. Pelatihnya didatangkan dari Pekalongan yang sudah kondang batik khas Pekalongan.. Tujuannya agar masyarakat sekitar yang telah mahir membatik mampu membantuk kelompok perbatikan di dukuh Plumpungan Kelurahan ,Kauman Kidul. Diharapkan pada kurun waktu mendatang akan dapat berkembang menjadi Sentra Batik Tulis Plumpungan, sekaligus mempopulerkan Prasasti Plumpungan seagai cikal akal berdirinya Salatiga. Kegiatan ini mestinya ditangani secara serius dan berlanjut sehingga produk-produk yang dihasilkan dapat dipasarkan dan dikenal warga Kota Salatiga khususnya dan juga warga yang shoping di Salatiga.. Untuk itu perlu dibuka Galery menjual Batik Khas Salatiga sehingga masyarakat dan turis asing maupun domestic dapat memilih dan membeli dengan mudah.. tempatnya juga mudah diketahui oleh siapa saja. Lebih dekat lagi kalau produk batik Plumpungan dititipkan di Koperasi Dimas milik PNS Pemkot Salatiga selain pengenalan dan pemasaran para PNS dapat memilih dan menikmati produk sendiri.

Bahan baku kain dan pewarna yang dipakai untuk pembuatan batik juga jangan yang asal-asalan sehingga kualitasnya terjamin dengan baik dan mampu bersaing dengan produk sejenis.

Menyongsong Salatiga Park sebagai tempat wisata unggulan yang rencananya akan digelar daerah Bugel yang lokasinya tidak jauh dari tempat Prasasti Plumpungan, maka sentra membatik di dukuh Plumpungan benar-benar bisa terwujud dan berkembang. Tahap awal untuk memasarkan dan mengenalkan batik Khas Salatiga adalah kewajiban bagi segenap Aparatur Pemerintah Kota Salatiga untuk memakai batik buatan sendiri .

Setiap hari Kamis ada sekitar 4000 PNS Pemkot Salatiga memakai seragam kerja batik dengan berbagai corak dan morif. Apa tidak bangga kalau yang dipakai adalah batik Plumpungan buatan Salatiga dengan berbagai motif dan corak yang menawan.Contoh aktual dapat dilihat hari Kamis, 5 Juni 2008, saat Pelantikan Pengurus Forum Kota Salatiga Sehat (FKSS) oleh Walikota Salatiga John Manoppo,SH para pengurus dan Muspida memakai kemeja batik Plumpungan dengan warna biru muda lembut dengan motif batu, lingga dan yoni yang nampak bagus. Seandainya produknya meluas di pasaran, masyarakat Salatiga bisa ikut memakainya karena dipasaran tersedia dimana-mana.

Saya Bangga Pakai Batik
Sejak dulu bila ada acara-acara resmi atau acara setengah resmi para tamu undangan sebagian besar yang hadir memakai pakaian batik. Entah batik yang berbahan baku sutera yang berharga mahal atau batik biasa yang terjangkau kerlas menengah dan kelas bawah, tapi semuanya merasa bangga menggunakan corak kain batik buatan Indonesia. Ini sebenarnya fenomena yang sangat positif membangkitkan rasa nasionalisme yang akhir-akhrir semakin meredup tergilas globalisasi dan kapitalisasi yang menghancurkan nilai-nilai tradisional dan kedaerahan. Hanya Batik saja yang sampai saat ini masih bertahan di kancah dunia tekstil dan di masyarakat, selebihnya banyak produk-produk tradisional yang tak mampu bertahan di asaran bebas karena kalah bersaing dengan produk sejenis. Untungnya masyarakat Indonesia dan para petinggi negeri masih setia dan bangga memakai batik sebagai cara aktualisasi diri, baik pada saat menerima para tamu asing maupun pada saat bersosialisasi dengan sesama. Batik juga dapat menjadi salah satu perekat Indonesia melalui budaya. Alasannya batik tidak hanya dipakai dan diproduksi di Jawa, tetapi juga diberbagai tempat di Nusantara. Bukti konkrit kecintaan kita terhadap batik warisan budaya leluhur ini adalah meratanya reaksi kejengkelan masyarakat Indonesia terhadap klaim Negara tetangga Malaysia sebagai pemilik batik. Inilah pentingnya “ nguri-uri “ budaya sendiri, mengembangkan dan menjaganya, agar tidak diserobot dan dipatenkan oleh Nagara lain.

Macam bahan untuk membatik
Pada dasarnya untuk keperluan kerajinan membatik dibutuhkan bahan baku yang sangat penting diantaranya adalah Kain Mori berwarna putih bersih. Kain mori ini ada berbagai tingkatan kualitasnya. Kain yang berasal dari tenunan serat kapas yang paling baik biasanya disebut mori primisama atau mori capsen dan mori yang kualitasnya tidak bagus disebut kain mori blaco warnanya kusam dan kasar.

Selain Kain Mori sebagai bahan dasar, juga diperlukan lilin atau malam yang diolah untuk membuat motif batik diatas bahan mori dengan maksud mencegah masuknya zat pewarna kedalam pori-pori mori. Bahan malam atau lilin ini yang baik adalah yang lentur tidak mudah retak kalau kering dan lekatannya pekat dan kuat. Biasanya bahan ini digunakan untuk embuatan batik tulis yang halus penuh kecermatan dan ketelitian. Untuk Pewarnaan para perajin batik bisa mempergunakan zat pewarna sintetis maupun pewarna alami. Zaman dulu sebelum ditemukan zat pewarna buatan pabrik, para perajin batik menggunakan zat pewarna alami. Bahan pewarna ini bisa berasal dari kulit pohon, dan dedaunan. Warna-warna alami biasanya cokelat, biru dan hitam. Warna sogan ( kecoklatan ) diketahui erasal dari rebusan kulit atang pohon mahoni, semtara warna hitam adalah hasil perpaduan sogan dan biru.

Sedangkan warna biru diperoleh dari hasil fermentasi air redaman daun Tom (indigofera tinctoria ) yang mengalami oksidasi setelah dicamur kapur gamping. Buah pinang akan menghasilkan warna merah, daun mangga bisa menghasilkan warna hijau muda bahkan kotoran sapi bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan warna kuning emas. Hasil pewarnaan alami membatik ini sangat ramah lingkungan. Salah satu yang paling santer dikeluhkan masyarakat sekitar adalah pencemaran sungai akibat limbah pembuangan proses pencelupan batik di sentra pembuatan kerajinan batik. Bila menggunakan zat pewarna alam maka pencemaran lingkungan tidak membahayakan, sebaliknya zat pewarna sintetis itulah yang merusak lingkungan karena padat kimia. Semantara ini batik dengan pewarna alami banyak dicari orang, terutama turis asing. Warna kain batik yang kusam dan lembut justru menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka yang bernostalgia. Batik jenis ini memang sulit ditemukan, karena dibuat secara alami dan tradisional.

Selain, kain mori dan malam/ lilin peralatan lain yang digunakan untuk membatik adalah canting, anglo, wajan kecil untuk memanasi malam, kipas, arang, gawangan untuk menyampirkan kain mori, bandul untuk pemberat kain mori yang disampirkan di gawangan, taplak untuk melindungi paha si pembatik agar tidak ketetesan cairan malam yang panas serta saringan malam.

Membatik mempunyai keasyikan tersendiri dan dapat dijadikan sebagai kerja sambilan disela-sela kesibukan lainnya. Khususnya batik tulis. Oleh karena itu bagi mereka yang mempunyai keinginan untuk menambah penghasilan, batik tulis merupakan alternative jawabannya tanpa harus meninggalkan rumah

Sumber | Ponarie

Saturday, October 20, 2012

Karnaval Salatiga, promosi wisata dengan musik barang bekas drum blek

Karnaval Salatiga
Karnaval Salatiga
Salatiga - menyambut mahasiswa baru. Mereka mengangkat tema dari dua lambang utama milik UKSW yaitu api dan Lambang Negara Indonesia Burung Garuda Indonesia.

Ditahun ketiga pada 2011, manajemen SWC yang dipimpin Theodurus Gary Natanael President Direktur dan Managemen Salatiga Carnival Center (SCC) mencanangkan sebuah program SWC Go Public dengan merekrut masyarakat Salatiga dan sekitarnya. Mereka bekerja sama dengan karang taruna Pungkursari, membuat sebuah kampung karnaval yang sekarang bernama Pungkursari Fashion Carnival. Sebagai pioneer kampung karnaval Pungkursari Fashion Carnival telah banyak membawa nama pariwisata Salatiga di Jateng.

Dengan mengusung kegiatan khas warga setempat, yaitu thek-thek menjadi sebuah sajian musik dengan menggunakan barang bekas, peralatan rumah tangga kini telah dikembangkan dan menjadi ikon musik barang bekas warga Salatiga yang bernama drumblek. Satu-satunya wilayah yang memperkenalkan sajian musik sederhana. Sajian musik barang bekas drum blek inipun menjamur dan ditiru oleh beberpa komunitas karnaval di Indonesia.

Tak hanya itu, kiprah SWC untuk membangun dan mendukung terbentuknya Plumpungan dan Selotigo batik karnaval sebagai karnaval batik milik Salatiga juga dilakukan di tahun yang sama. Berjuang dari sebuah kesederhanaan dan memberikan ilmu pengetahuan serta sumber daya manusia yang tepat guna, SWC telah melahirkan dua karnaval besar di Salatiga. Tak hanya di dalam kota Salatiga saja, SCW juga membawa nama Salatiga di event-event nasional dan international lainnya. Akhir bulan mei 2011, SWC diundang oleh pemerintah Kota Yogyakarta dan Bapak Hamzah pemilik Mirota Batik Yogyakarta tampil sebagai Guest Arrival dan opening dance untuk 'Heteroseksual Cabaret Show Oyot Godong', dengan membawa enam model terbaiknya.

Di akhir bulan Juli 2011, SWC kembali membawa nama pariwisata Kota Salatiga sebagai kota wisata mode di pesisir pantai pulau jawa ini. Tepatnya di acara Kendal karnaval, SWC berkesempatan menjadi tim wardrobe dan make-up untuk membantu menyukseskan karnaval pemerintah kota Kendal tersebut. Dengan membawa tim kreatifnya SWC telah memberikan yang terbaik untuk pariwisata salatiga di Kota Kendal.

Pada 17 September 2011, SWC bekerja sama dengan UKSW kembali menggelar peragaan busana karnaval catwalk sepanjang 2,3 kilometer dalam showtime keempatnya. Dengan kembali mengangkat lambang UKSW dipresentasikan dalam bentuk api dan lambang Negara Indonesia di presentasikan dalam tulisan Bhinneka Tunggal Ika diimplementasikan dalam kostum bertema budaya-budaya Indonesia. Setelah showtime keempatnya ini, SWC semakin di kenal oleh masyarakat luas di seluruh penjuru Indonesia. Pada tanggal 3 Oktober 2011, satya wacana carnival diundang oleh Kementerian Kesehatan RI untuk membuka pertemuan nasional AIDS ke empat di Hotel Inna Garuda Yogyakarta membawa enam model terbaiknya dengan mengambil tema Auntuhm Metropolis Regenerasi menggebrak Yogyakarta.

Dengan selalu membawa semangat kebersamaan untuk membangun Pariwisata Kota Salatiga sebagai pusat wisata mode dunia, SWC 10 Oktober 2011 menata kembali manajemen dan memperbaiki seluruh manajemen agar lebih professional. Pada 10 Oktober 2011, SWC membentuk sebuah komunitas fashion carnival yang tertata dan mandiri yang bernama SWC Council. Setelah terbentuknya manajemen baru itu, semakin membuat SWC semakin dikenal di penjuru indonesia. Di tanggal 12-16 oktober 2011, SWC membawa nama pariwisata Kota Salatiga di Pulau Atlas, Pulau Sumatera, yang tepatnya di acara Tapis Carnival di Bandar Lampung. Dengan mengangkat tema budaya lampung yaitu siger emas, siger melinting, dan siger pangkuan, SWC ini membuat seluruh tamu undangan semakin berdetak takjub melihat keindahan kostum karnaval dan juga perform SWC.

Salatiga Carnival Center kembali mengharumkan nama Salatiga di kota asalnya sendiri untuk tampil dalam sebuah event Pelangi Budaya Indonesia 2012. Acara yang diselenggarakan pada tanggal 13 Oktober 2012 kemarin diikuti oleh 1000 kesenian dari seluruh Indonesia. Bertindak sebagai penyelenggara event yaitu Paguyuban Warga Kota Salatiga yang dipimpin oleh Roy Marthen bersaudara. Arak-arakan karnaval membuka acara yang dimulai dari GPD Kota Salatiga hingga Lapangan Pancasila ini berjalan meriah. Seluruh warga masyarakat bersama-sama membangun kotanya dengan sikap peduli terhadap budayanya masing-masing.

Sumber | Merdeka

Jawa Tengah Siapkan Swasembada Daging Tahun 2014

TINJAU PETERNAKAN: Gubernur Jateng Bibit Waluyo meninjau peternakan domba di Desa Wonokerto Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang, Sabtu (20/10). (suaramerdeka.com / Moch Kundori)
TINJAU PETERNAKAN: Gubernur Jateng Bibit Waluyo meninjau peternakan domba di Desa Wonokerto Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang, Sabtu (20/10). (suaramerdeka.com / Moch Kundori)
Ungaran. Kab Semarang - Provinsi Jateng diminta pemerintah pusat untuk meyiapkan sebagai daerah swasembada daging pada tahun  2014. Segala persiapan sudah dilakukan di antaranya memelihara sapi pejantan unggulan yang nantinya akan disuntikkan kepada sapi betina lokal guna mempercepat populasi sapi.

Hal itu disampiakan Gubernur Jateng Bibit Waluyo usai pencanganan program Desa Wonokerto Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang sebagai sentra domba di desa tersebut, Sabtu (20/10. Gubernur didampingi istri Sri Bibit Waluyo dan Bupati Semarang Mundjirin meninjau langsung peternakan domba yang dikembangkan para pemuda desa itu.

"Pemprov Jateng saat ini memelihara sapi pejantan unggulan berjumlah 50 orang di Ungaran. Dari sapi itu nantinya spermanya akan dimabil dan disuntikkan kepada sapi betina lokal sehigga populasinya bisa meningkat mencapai 70 persen pada tahun depan. Saat ini jumlah sapi di Jateng mencapai 2,2 juta ekor," kata Bibit.

Berkaitan dengan swasembada daging itu, Bibit menyebut, Pemprov Jateng akan meminta kepada Presiden RI untuk bisa membantu mendirikan Rumah Pemotongan Hewan di Jateng. Sebab sejauh ini, sapi-sapi dari Jateng dikirm ke Jakarta dalam wujud sapi hidup dan kemudian dipotong di sana.

"Kami meminta babak Presiden RI agar Jateng dibangunkan  RPH moderen. Jadi harapannya dengan RPH ini nanti para peternak ke Jakarta menjual daging bukan sapi. Dengan  sapi dijual di Jateng harapnnya masyarakat  di daerah ini bisa lebih banyak mendapat manfaatnya," tuturnya.

Manfaat yang dimaksud, lanjut Bibit, misalnya kulit sapinya nanti bisa diberdayakan sehingga bisa menciptakan lapangan pekerjaan. Begitu juga tulang sapi akan dihancurkan untuk pupuk. "Jadi kehadiran RPH modern nanti akan membawa manfaat terutama membuka lapangan pekerjaan. Kami berharap tahun 2013 ini semua bisa terealisasi," katanya.

Sumber | SM

Tuesday, October 16, 2012

Ungaran: Firnanda Lumpuh,tak sanggup lagi membayar biaya rumah sakit

Irham Rama Firnada
Irham Rama Firnada (10) dipangkaun ibunya, Nurul Hidayati (28) warga Jatisari, Ungaran kabupaten Semarang menderita osteoporosis sejak kecil. Rama berasal dari keluarga miskin sangat membutuhkan uluran tangan.
UNGARAN, Kab Semarang - Tak bisa dibayangkan bagaimana kesedihan yang dialami pasangan suami istri, Suronotoyo (32) dan Nurul Hidayati (28) warga lingkungan Jatisari kelurahan Gedanganak, Kabupaten Semarang ini.

Bagaimana tidak? Irham Rama Firnanda (10) anak sulung mereka sejak kecil telah mengidap penyakit yang aneh. Perkembangan fisiknya tidak normal, sehingga hari-harinya hanya terkapar di pembaringan tanpa mampu berbicara.

"Satu-satunya perkataan yang jelas hanya mbah dan ma'em. Selebihnya hanya menangis saja," kata Nurul, saat KOMPAS.com bertandang di rumahnya.

Rama lahir dalam kondisi prematur, kata Nurul. Namun demikin kondisi putranya tampak normal dengan bobot 1,5 kilogram. Keanehan baru terhihat saat Rama berusia genap satu tahun. Berat dan kemampuan motoriknya jauh tertinggal dengan anak seusianya.

"Saat itu belum bisa tengkurap, bersuara pun sulit. Pada waktu diperiksakan ke RSUD Ungaran, kata dokter anak saya mengidap pengeroposan tulang," kata Nurul.

Ironisnya, dengan kondisi Rama yang tak normal, orangtuanya justru menghindari dokter dan rumah sakit untuk mengobati Rama. Nurul berdalih, sudah tak sanggup lagi membayar biaya rumah sakit ataupun dokter. Pasalnya, penghasilan suaminya sebagai sopir angkutan kota hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari.

"Pernah tahun 2005 kami rutin memeriksakan Rama ke RSUD Ungaran. Seminggu dua kali, dengan biaya Rp 400.000 sekali periksa, belum termasuk obatnya. Itu hanya bertahan setahun. Setelah itu kami beralih kepengobatan alternatif yang lebih murah. Alhamdulillah, Rama sekarang sudah bisa tengkurap sendiri," ungkap Nurul.

Tak terhitung berapa puluh pengobatan alternatif yang ia datangi hingga saat ini, dengan harapan agar anaknya sembuh. Nurul juga membantu suaminya untuk mengumpulkan biaya pengobatan dengan berjualan makanan kecil di sebuah pabrik garmen. "Kami ingin sekali Rama tumbuh normal dan bisa bersekolah," kata Nurul, sambil bertanya bagaimana caranya meminta bantuan dari pemerintah.

Saat ditanyakan tentang Jamkesmas maupun Jaminan kesehatan daerah (Jamkesda). Nurul hanya menggelengkan kepala, sembari menjawab pendek. "Saya tidak paham."


Sumber | Kompas

Jalur Bawen Ungaran Macet Total, akibat Kecelakaan Karambol

Kab Semarang . Jalur Bawen-Ungaran yang macet total akhirnya bisa dilalui setelah proses perobohan jembatan penyeberangan hampir selesai...