Karnaval Salatiga |
Ditahun ketiga pada 2011, manajemen SWC yang dipimpin Theodurus Gary Natanael President Direktur dan Managemen Salatiga Carnival Center (SCC) mencanangkan sebuah program SWC Go Public dengan merekrut masyarakat Salatiga dan sekitarnya. Mereka bekerja sama dengan karang taruna Pungkursari, membuat sebuah kampung karnaval yang sekarang bernama Pungkursari Fashion Carnival. Sebagai pioneer kampung karnaval Pungkursari Fashion Carnival telah banyak membawa nama pariwisata Salatiga di Jateng.
Dengan mengusung kegiatan khas warga setempat, yaitu thek-thek menjadi sebuah sajian musik dengan menggunakan barang bekas, peralatan rumah tangga kini telah dikembangkan dan menjadi ikon musik barang bekas warga Salatiga yang bernama drumblek. Satu-satunya wilayah yang memperkenalkan sajian musik sederhana. Sajian musik barang bekas drum blek inipun menjamur dan ditiru oleh beberpa komunitas karnaval di Indonesia.
Tak hanya itu, kiprah SWC untuk membangun dan mendukung terbentuknya Plumpungan dan Selotigo batik karnaval sebagai karnaval batik milik Salatiga juga dilakukan di tahun yang sama. Berjuang dari sebuah kesederhanaan dan memberikan ilmu pengetahuan serta sumber daya manusia yang tepat guna, SWC telah melahirkan dua karnaval besar di Salatiga. Tak hanya di dalam kota Salatiga saja, SCW juga membawa nama Salatiga di event-event nasional dan international lainnya. Akhir bulan mei 2011, SWC diundang oleh pemerintah Kota Yogyakarta dan Bapak Hamzah pemilik Mirota Batik Yogyakarta tampil sebagai Guest Arrival dan opening dance untuk 'Heteroseksual Cabaret Show Oyot Godong', dengan membawa enam model terbaiknya.
Di akhir bulan Juli 2011, SWC kembali membawa nama pariwisata Kota Salatiga sebagai kota wisata mode di pesisir pantai pulau jawa ini. Tepatnya di acara Kendal karnaval, SWC berkesempatan menjadi tim wardrobe dan make-up untuk membantu menyukseskan karnaval pemerintah kota Kendal tersebut. Dengan membawa tim kreatifnya SWC telah memberikan yang terbaik untuk pariwisata salatiga di Kota Kendal.
Pada 17 September 2011, SWC bekerja sama dengan UKSW kembali menggelar peragaan busana karnaval catwalk sepanjang 2,3 kilometer dalam showtime keempatnya. Dengan kembali mengangkat lambang UKSW dipresentasikan dalam bentuk api dan lambang Negara Indonesia di presentasikan dalam tulisan Bhinneka Tunggal Ika diimplementasikan dalam kostum bertema budaya-budaya Indonesia. Setelah showtime keempatnya ini, SWC semakin di kenal oleh masyarakat luas di seluruh penjuru Indonesia. Pada tanggal 3 Oktober 2011, satya wacana carnival diundang oleh Kementerian Kesehatan RI untuk membuka pertemuan nasional AIDS ke empat di Hotel Inna Garuda Yogyakarta membawa enam model terbaiknya dengan mengambil tema Auntuhm Metropolis Regenerasi menggebrak Yogyakarta.
Dengan selalu membawa semangat kebersamaan untuk membangun Pariwisata Kota Salatiga sebagai pusat wisata mode dunia, SWC 10 Oktober 2011 menata kembali manajemen dan memperbaiki seluruh manajemen agar lebih professional. Pada 10 Oktober 2011, SWC membentuk sebuah komunitas fashion carnival yang tertata dan mandiri yang bernama SWC Council. Setelah terbentuknya manajemen baru itu, semakin membuat SWC semakin dikenal di penjuru indonesia. Di tanggal 12-16 oktober 2011, SWC membawa nama pariwisata Kota Salatiga di Pulau Atlas, Pulau Sumatera, yang tepatnya di acara Tapis Carnival di Bandar Lampung. Dengan mengangkat tema budaya lampung yaitu siger emas, siger melinting, dan siger pangkuan, SWC ini membuat seluruh tamu undangan semakin berdetak takjub melihat keindahan kostum karnaval dan juga perform SWC.
Salatiga Carnival Center kembali mengharumkan nama Salatiga di kota asalnya sendiri untuk tampil dalam sebuah event Pelangi Budaya Indonesia 2012. Acara yang diselenggarakan pada tanggal 13 Oktober 2012 kemarin diikuti oleh 1000 kesenian dari seluruh Indonesia. Bertindak sebagai penyelenggara event yaitu Paguyuban Warga Kota Salatiga yang dipimpin oleh Roy Marthen bersaudara. Arak-arakan karnaval membuka acara yang dimulai dari GPD Kota Salatiga hingga Lapangan Pancasila ini berjalan meriah. Seluruh warga masyarakat bersama-sama membangun kotanya dengan sikap peduli terhadap budayanya masing-masing.
Sumber | Merdeka