Sunday, August 5, 2012

Kab Semarang: Kuda Lumping Berbuah Emas

mahasiswa Universitas Negeri Semarang
Empat mahasiswa dari Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Semarang (Unnes) berhasil menyabet medali emas dalam ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas). (suaramerdeka.com/Anggun Puspita)
Kab Semarang.-Pertunjukan kuda lumping umumnya ditampilkan dengan sentuhan unsur magis dan mistis, sehingga sangat berbahaya bagi anak-anak untuk menontonnya atau terlibat menjadi pemain di dalamnya. Padahal, kesenian ini perlu dilestarikan dan ditanamkan kepada generasi muda sejak dini.

Maka itu, muncullah ide dari sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) untuk mengembangkan kesenian teater kuda lumping yang pemainnya adalah anak-anak dan remaja usia sekolah di Desa Baran Dukuh Lor, Kabupaten Semarang. Tidak hanya menciptakan pertunjukkan kuda lumping yang jauh dari unsur magis, empat sekawan yang diantaranya Ayu Fitriani (20), Dani Ardiyawan (18), Guruh Tri Utomo (19), dan Uswatun Hasanah (20) ini juga hendak mengangkat potensi wisata di daerah tersebut.

Dan atas kerja sama serta kreativitas itu, mereka berhasil menyabet medali emas dalam ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke 25 untuk kategori program kreativitas mahasiswa (PKM) bidang Pengabdian Masyarakat di Yogyakarta, belum lama ini.

Salah satu anggota tim, Ayu Fitriani menuturkan, masyarakat di Desa Baran Dukuh Lor sebelumnya sudah mengembangkan kesenian kuda lumping. Namun, sejak beberapa tahun lalu aktivitas kesenian itu mandek (berhenti, red-). Sehingga, atas dasar itu dirinya bersama tiga teman lainnya mencoba menghidupkan kembali kesenian yang sudah menjadi ciri khas desa tersebut.

"Kami berinsiatif memodifikasi kesenian kuda lumping konvensional yang awalnya sarat dengan unsur magis menjadi pertunjukkan yang ada sentuhan teatrikalnya. Sehingga, semakin menambah nilai jual kesenian tradisional tersebut," tutur mahasiswi Jurusan Bahasa Inggris Prodi Sastra Inggris Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unnes itu.

Kesenian kuda lumping yang selama ini dimainkan tanpa jalan cerita itu diubah oleh mereka dengan sentuhan teatrikal yang sarat dengan muatan cerita lokal masyarakat setempat. Selain itu agar pertunjukkan semakin menarik, pemain yang dilibatkan dalam teater kuda lumping adalah anak-anak desa tersebut.

Pada pementasan perdana di desa setempat 15 April lalu, antusiasme masyarakat ternyata besar dalam bermain teater kuda lumping. Sebab, setidaknya 70 orang warga ikut bermain dalam pertunjukkan tersebut. Bahkan pentas perdana itu dihadiri berbagai kalangan terkait, terutama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Semarang. (suaramerdeka)

Jalur Bawen Ungaran Macet Total, akibat Kecelakaan Karambol

Kab Semarang . Jalur Bawen-Ungaran yang macet total akhirnya bisa dilalui setelah proses perobohan jembatan penyeberangan hampir selesai...